HEADLINEOPINI

SIDE HUSTLE ATAU BISNIS SERIUS? JALAN BARU GEN Z DI DUNIA USAHA

×

SIDE HUSTLE ATAU BISNIS SERIUS? JALAN BARU GEN Z DI DUNIA USAHA

Sebarkan artikel ini

Generasi Z punya ciri khas yang berbeda: fleksibel, kreatif, dan tidak mau terikat dengan pola kerja lama. Di tengah biaya hidup yang terus naik, banyak anak muda memilih jalur side hustle usaha sampingan yang awalnya sekadar menambah uang saku, tapi kini mulai berkembang jadi bisnis serius.

Fenomena ini bukan sekadar wacana. Riset global dari Intuit mencatat, 66 persen anak muda usia 18–35 tahun sudah punya side hustle, dan 65 persen berencana menjadikannya penghasilan jangka panjang. Di Indonesia, tren ini makin kuat, Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025 melaporkan, 59,40 persen pekerja ada di sektor informal, mayoritas diisi generasi muda. Artinya, banyak Gen Z yang memilih jalur mandiri lewat usaha kecil, entah jualan online, jadi konten kreator, atau freelance.

Alasannya jelas: satu pekerjaan saja sering tidak cukup. Dengan teknologi digital dan media sosial, usaha bisa dimulai hanya dengan smartphone dan modal minim. Kreativitas jadi senjata utama. Dari konten TikTok, thrift shop, hingga bisnis makanan online, semuanya bisa lahir dari ruang kamar lalu berkembang pesat berkat algoritma dan pasar digital.

Namun, tantangan tetap ada. Manajemen waktu jadi masalah klasik, membagi energi antara kuliah atau kerja tetap dengan usaha sampingan sering bikin kewalahan. Selain itu, akses modal terbatas dan minim pengalaman bisnis membuat side hustle rawan berhenti di tengah jalan. Ditambah lagi persaingan yang makin ketat karena semua orang kini bisa berjualan di platform digital.

Kalau ingin naik level, Gen Z perlu strategi. Pertama, lakukan uji coba kecil (validasi ide) sebelum serius mengembangkan produk. Kedua, tingkatkan keterampilan bisnis, dari pemasaran digital sampai pengelolaan keuangan sederhana. Ketiga, manfaatkan aplikasi digital untuk pencatatan, logistik, dan promosi. Terakhir, jangan lupakan branding desain menarik, kemasan rapi, dan pelayanan responsif adalah kunci agar produk bisa dipercaya konsumen.

Dukungan dari luar juga penting. Pemerintah perlu memperluas akses pembiayaan ramah anak muda dan program inkubasi wirausaha. Infrastruktur digital yang merata serta regulasi perlindungan konsumen juga jadi faktor penentu. Sementara itu, marketplace dan perusahaan besar bisa membuka peluang kolaborasi agar produk Gen Z punya ruang tampil lebih luas.

Pada akhirnya, side hustle bagi Gen Z bukan sekadar “kerja sambilan”. Ia adalah bentuk keberanian untuk mencoba, membangun identitas ekonomi sendiri, dan beradaptasi dengan zaman. Tidak semua usaha akan berhasil, tapi dari pengalaman inilah lahir keterampilan, jejaring, dan semangat wirausaha yang jadi bekal masa depan. Karena bagi generasi ini, side hustle bisa saja jadi awal dari bisnis besar yang mengubah peta ekonomi Indonesia.

Penulis: Ariqa Luthfiya

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas, Kampus II Payakumbuh.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *