OPINI

Zohran Mamdani Si Penghancur Tatanan Politik Lama New York

×

Zohran Mamdani Si Penghancur Tatanan Politik Lama New York

Sebarkan artikel ini
Penulis: Ziyad Motala, Guru Besar Howard University School of Law
Penulis: Ziyad Motala, Guru Besar Howard University School of Law

Datateks.id – Kemenangan Zohran Mamdani dalam pemilihan Wali Kota New York menghancurkan tatanan politik lama yang mengira bahwa kekayaan adalah bukti kelayakan.

Zohran Mamdani berhasil menang di tengah arus donasi miliar dolar dari para konglomerat, skeptisisme media, Ismofobia, dan permushan dari partainya sendiri.

Kemenangan ini menandai perubahan besar dalam politik Amerika bahwa aritmetika, uang dan koneksi tak lagi menjamin kekuasaan.

Selama beberapa dekade, elite nasional Partai Demokrat membungkuus diri dengan bahasa empati.

Namun, di baliknya tetap melayani kepentingan para pemodal dan pelobi.

Kampanye Zohran Mamdani menyingkap kontradiksi itu dengan keberanian dan kejelasan.

Zohran Mamdani tidak berbicara dengan jargon kosong, melainkan mengajukan pertanyaan paling mendasar tentang kehidupan kota: “Siapa yang masih mampu tinggal di kota ini?”

Baca Juga: Ekspor Udang Indonesia Kembali Diserap Pasar Amerika Serikat Usai Lolos Uji Radioaktif

Jawabannya sederhana, tetapi bermakna moral yang mendalam.

Zohran Mamadani juga menyerukan pembangunan perumahan publik, perlindungan sewa yang memberi martabat bagi penyewa, pendidikan anak usia dini gratis, transportasi bus kota gratis, dan toko bahan pokok milik publik.

Paling menarik adalah toko bahan pokok milik publik.

Program ini dilancarkan Mandani untuk melawan monopoli jaringan ritel yang menangguk untung dari kelaparan.

Di sini Mamdani menegaskan bahwa kaum kaya harus membayar bagian yang adil karena kota seharusnya melayani mereka yang bekerja, bukan yang melobi.

Lawan Mamdani Andrew Cuomo mewakili politik lama yang makin dibenci pemilih.

Politiknya dibungkus pengalaman, tetapi digerakkan oleh kesombongan dan uang.

Dukungan dari para eksekutif Wall Street dan jaringan donor besar yang telah lama membeli akses politik, Cuomo mencoba menebus skanda masa lalunya dengan kekuasaan baru.

Sayangnya, semua iklan, dukungan, dan uang donor tak mampu menutupi satu hal yang sudah jadi makanan publik.

Cuomo dan para penyandang dananya adalah simbol kebusukan Partai Demokrat yang kerap memberi hadiah kepada pelayan elite, bukan rakyat

Lebih parah lagi, banyak tokoh senior partai tetap mendukung Cuomo meski mengetahui kasus pelecehan seksual yang membuatnya mundur sebagai gubernur.

Dukungan itu memperlihatkan betapa sempitnya moralitas politik dan kompas etika yang hanya berputar ke arah donasi.

Debat Calon Wali Kota New York

Dalam debat calon Wali Kota New York, banyak kandidat Demokrat yang menyatakan bahwa Israel akan menjadi tujuan pertama mereka saat terpilih.

Di sini Mamdani berbeda sendiri.

Dia menyatakan hanya mencalonkan sebagai Wali Kota New York, bukan utusan kebijakan luar negeri dan tidak berniat mengunjungi Israel.

Jawaban itu membuat Mamdani mendapatkan kritik pedas.

Media arus utama dan elite partai menuduhnya tidak layak karena menolak tunduk pada lobi pro-Israel.

Uniknya, rakyat New York berpikir sebaliknya. Jawaban Mamdani justru menunjukkan dirinya sendiri dan tidak dalam keberpura-puraan.

Menjelang pemilihan Mamdani mendapat tuduhan antiSemit karena mengecam zionisme dan menyebut serangan Israel di Gaza sebagai genosida.

Tuduhan itu, yang dulu dimaksudkan untuk melawan kebencian, kini terlalu sering disalahgunakan hingga kehilangan bobot moralnya.

Politik Baru

Kemenangan Mamdani adalah puncak pemberontakan generasi baru terhadap politik lama yang kehilangan makna.

Kaum muda dan progresif Amerika tidak lagi mau tunduk pada sistem yang meminjamkan masa depan mereka untuk utang, menelan upah lewat sewa rumah, dan menertawakan idealisme atas nama realisme politik.

Mereka tidak lagi puas dengan liberalisme simbolik dan slogan kosong tentang nilai bersama.

Mereka menginginkan politik yang berani mengatakan kebenaran dan bertindak atasnya.

Elite Demokrat mungkin menyebut kemenangan ini sebagai anomali lokal atau radikalisme urban.

Sejatinya, ini adalah vonis moral yang menukar keyakinan dengan kuota donasi, dan kepercayaan publik dengan akses istimewa.

Kemenangan Zohram Mamdani mengingatkan Amerika bahwa prinsip masih bisa mengalahkan kekuasaan dan hati nurani bisa mengalahkan modal, serta politik yang takut pada kebenaran tidak layak mengaku mewakili rakyat.

Jika kemenangan ini tak mengguncang kesadaran Partai Demokrat, maka satu hal yang pasti adalah generasi baru bakal bangkit untuk menggantikannya.

Penulis: Ziyad Motala
Guru Besar Howard University School of Law

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *