datateks.id – Sumatera Barat (Sumbar) punya sejuta potensi di bidang pariwisata alam. Ibarat kepingan surga, wilayah Ranah Minang punya segala keindahan yang layak jual. Kini, tinggal mengemas dan menjaga agar semua potensi itu memberikan dampak ekonomi yang lebih besar, tanpa merusak keindahannya.
Pantai dengan pulau-pulau yang memesona, gunung yang indah, hingga sejumlah danau yang memikat, merupakan daya tarik Sumbar. Kecuali itu, potensi yang tak kalah besarnya adalah kawasan yang disebut dengan geopark.
Secara umum, geopark adalah kawasan geografis yang memiliki situs warisan geologi dan bentang alam yang bernilai. Selain itu geopark juga dikenal sebagai Taman Bumi.
Biasanya geopark dikelola untuk konservasi, edukasi, dan pembangunan perekonomian masyarakat. Geopark juga dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bumi dan lingkungannya.
Adapun ciri-ciri geopark antara lain, memiliki unsur geologi bernilai tinggi, memiliki keragaman hayati dan keragaman budaya yang baik, memiliki Situs Warisan Geologi (Geosite), memiliki bentang alam yang bernila, memiliki keragaman geologi, memiliki keanekaragaman hayati, dan memiliki keragaman budaya
Sementara itu, tujuan geopark sendiri di antaranya, melestarikan warisan geolog, melestarikan keanekaragaman hayati, melestarikan keragaman budays, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan membangun destinasi pariwisata kelas dunia.
Nah, Sumbar sendiri punya sembilan geopark. Semuanya disebut dengan Geopark Ranah Minang. Dari sembilan geopark itu, tiga di antaranya sudah berstatus Geopark Nasional, yaitu Geopark Ngarai Sianok, Geopark Sawahlunto, dan Geopark Silokek.
Sementara itu, enam geopark tengah diusulkan menjadi Geopark Nasional yaitu, Geopark Danau Maninjau, Geopark Harau, Geopark Talamau, Geopark Singkarak, Geopark Goa Batu Kapal, Geopark Tarusan Kamang, Geopark Danau Kembar.
Salah satu dari tiga geopark yang berstatus Nasional Geopark pernah diajukan untuk diakui sebagai Unesco Global Geopark (UGG). Geopark tersebut adalah Silokek, namun tidak lolos dalam Sidang Dewan Eksekutif Unesco ke-216 di Paris, Prancis, pada Rabu, 24 Mei 2023 lalu.
Untuk Indonesia, hanya ada empat geopark baru yang ditetapkan sebagai Unesco Global Geopark (UGG). Keempatnya adalah Geopark Ijen di Jatim, Geopark Maros-Pangkep di Sulawesi Selatan, Geopark Merangin di Jambi, dan Raja Ampat di Papua. Sehingga, aat ini Indonesia telah memiliki 10 geopark berstatus Unesco Global Geopark (UGG).
Enam geopark berstatus UGG sebelum itu adalah Batur di Bali, Belitong di Kepulauan Bangka Belitung, Ciletuh-Palabuhanratu di Jawa Barat, Gunung Sewu di Jawa Timur, Rinjani-Lombok di Nusa Tenggara Barat, dan Kaldera Toba di Sumatera Utara (Sumut).
Ahli dan Koordinator Tim Geopark Ranah Minang, Febrin Anas Ismail menyebutkan jika Geopark Ranah Minang masuk dalam Unesco Global Geopark (UGG), maka otomatis akan dapat meningkatkan sektor pariwisata di Sumbar.
“Belajar dari geopark Yuntaishan di China pada 1999, kota itu dikenal miskin dan tercemar, saat 2011 bertransformasi menjadi geopark, pendapatannya meningkat menjadi 30 miliar dolar AS dari kunjungan wisatawan,” kata Febrian.
Ia menjelaskan, salah satu nilai jual dan kelebihan Geopark Ranah Minang adalah adanya patahan Sumatera berupa retakan yang terjadi akibat tumbukan antar lempeng berlokasi di Ngarai Sianok, Danau Singkarak dan Danau Kembar.
Menurut Febrin, dalam pengelolaan geopark diperlukan partisipasi masyarakat, amenitas, infrastruktur, data ilmiah, dukungan pemerintah daerah, swasta dan perguruan tinggi, ada badan pengelola serta branding.
Kemudian, untuk menuju Unesco Global Geopark (UGG) perlu ada penetapan warisan geologi melalui Perpres, menyelesaikan rencana induk geopark dan memastikan pengelolaan berjalan efektif dalam satu tahun terakhir.
Untuk mengenal lebih jauh tentang Geopark Ranah Minang, berikut profil 9 geopark terserbut:
Respon (3)