OLAHRAGA

Kecam Jadwal Gila Liga Inggris, Glasner: Ini Tidak Manusiawi

×

Kecam Jadwal Gila Liga Inggris, Glasner: Ini Tidak Manusiawi

Sebarkan artikel ini
Pelatih Crystal Palace Oliver Glasner
Pelatih Crystal Palace Oliver Glasner

Datateks.id – Manajer Crystal Palace Oliver Glasner melancarkan kritik keras terhadap jadwal pertandingan timnya.

Crystal Palace terpaksa menjalani empat laga dalam delapan hari pada Desember 2025.

Situasi ini mulai terlihat setelah Crystal Palace menumbangkan Liverpool di ajang Piala Liga Inggris.

Kemenangan itu memaksa si Elang terjepit dalam jadwal yang sangat padat karena juga terlibat di kompetisi Eropa.

“Jadwal ini sungguh tidak manusiawi. Kami punya tanggung jawab terhadap kesejahteraan pemain,” kata Oliver Glasner dikutip dari Reuters,  Sabtu (1/11).

Menurutnnya, pihak penyelenggara lebih sibuk mengejar kepentingan komersial ketimbang memikirkan kondisi fisik pemain.

Baca Juga: Bersama Para Pemimpin Ekonomi Dunia, Presiden Prabowo Hadiri Gala Dinner KTT APEC 2025

Glasner sebelumnya sudah mengultimatum soal jadwal tersebut sejak tiga bulan lalu.

“Seharusnya Premier League, UEFA, dan EFL duduk bersama membahas jadwal ini,” tambahnya.

Selain melancarkan kritik, Glasner juga menyoroti kesenjangan antara rekomendasi FIFA dan realitas sepak bola Inggris.

Dalam pertemuan FIFA dengan organisasi pemain di New York,  Juli 2025, ada kesepakatan jeda minimal 72 jam antarpertandingan kompetitif.

Namun, pihak Premier League tampak mengabaikan kesepakatan moral tersebut.

“FIFA sudah menyarankan jeda 72 jam antarlaga. Akan tetapi, di Inggris, mereka bertindak seolah tidak peduli,”  ucapnya.

Kasus Crystal Palace ini mengingatkan publik pada Liverpool pada 2019.

Ketika itu, pemain harus bermain dua kali dalam dua hari karena bentrokan jadwal antara Piala Dunia Antarklub dan Piala Liga Inggris.

Pelatih Liverpool saat itu, Juergen Klopp, sempat mengancam akan mundur dari kompetisi domestik.

Glasner mengingatkan penyelenggara sepak bola harus adil dan lebih memperhatikan kondisi pemain.

Benturan jadwal antara kompetisi domestik dan Eropa bisa memunculkan pertanyaan besar tentang prioritas sepak bola modern.

“Kalau sistem seperti ini terus berjalan, sepak bola bukan lagi soal permainan. Akan tetapi siapa yang paling tahan diperas oleh penyelenggara,” tutup Glasner.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *