Datateks.id, Jakarta — Upacara penganugerahan gelar pahlawan nasional untuk 10 tokoh dari berbagai daerah berlangsung di Istana Negara, Jakarta, Senin, 10 November 2025. Penganugerahan gelar tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan.
“Presiden telah menetapkan 10 pahlawan nasional yang kita sudah ketahui nama-nama pahlawan nasional, yaitu Bapak Abdurrahman Wahid, Bapak Jenderal H.M. Soeharto, Ibu Marsinah, Bapak Mochtar Kusumaatmadja, Sayyiduna Kholil Bangkalan, Sultan ke-16 Dompu, Sultan Tidore ke-37, lalu Tuan Saragih, dan juga Rahmah El Yunusiyyah, dan juga Bapak Sarwo Edhie,” ucap Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon usai upacara penganugerahan gelar pahlawan nasional, dilansir laman Kementerian Sekretariat Negara yang disitat datateks pada Selasa (11/11/2025).
Menbud Fadli Zon menegaskan, proses pengusulan berlangsung secara berjenjang. Mulai dari masyarakat di tingkat kabupaten dan kota, kemudian dikaji tim peneliti dan pengkaji gelar daerah. Tim tersebut terdiri dari akademisi, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan gubernur, sebelum akhirnya diajukan ke tim peneliti dan pengkaji gelar tingkat pusat di bawah koordinasi Kementerian Sosial.

Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada 10 tokoh dari berbagai daerah di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025). (Foto: Dok.BPMI Setpres)
Total 49 Nama
“Totalnya ada 49 nama, 40 yang baru dan 9 nama adalah yang carry over juga dari yang sebelumnya dan dari Dewan Gelar sudah menyeleksi ada 24 yang prioritas, kemudian Presiden telah memilih 10 nama pahlawan,” Fadli menjelaskan.
Lebih lanjut Fadli mengatakan, seluruh tokoh yang ditetapkan telah memenuhi syarat dan kriteria sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Karena itu, Fadli berharap keteladanan para pahlawan dapat menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa.
“Jasa-jasa mereka itu jelas, konkret, dan juga benar-benar merupakan aspirasi yang sudah terseleksi dengan tadi proses yang cukup panjang, bahkan diseminarkan, bahkan dibukukan. Mudah-mudahan ini tujuannya adalah bagaimana ke depan, ini jasa-jasa mereka, keteladanan mereka bisa menjadi pemberi semangat bagi kita,” Fadli menambahkan.

Terkait penetapan Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto sebagai salah satu penerima gelar, Menbud Fadli menjelaskan keputusan tersebut didasarkan pada fakta sejarah perjuangannya dalam berbagai bidang.
“Yang terkait dengan jasa-jasa Pak Harto, yang terkait dengan perjuangan Pak Harto dalam hal ini sudah dikaji, antara lain itu serangan umum 1 Maret, beliau ikut pertempuran di Ambarawa, ikut pertempuran lima hari di Semarang. Menjadi Komandan Operasi Mandala perebutan Irian Barat, dan juga kiprah Presiden Soeharto dalam pembangunan lima tahunan, yang saya kira tadi juga sudah dibacakan, telah membantu di dalam pengentasan kemiskinan,” Fadli memaparkan.
Ketika menjawab pertanyaan wartawan terkait dinamika sejarah masa lalu, Menbud Fadli menegaskan, bangsa Indonesia perlu memandang perjalanan sejarah secara utuh dan objektif.
Penjelasan Mensos
Senada dengan Menbud Fadli Zon, Menteri Sosial (Mensos) Syaifullah Yusuf menekankan, penganugerahan gelar pahlawan nasional sebagai bentuk penghormatan kepada para tokoh bangsa atas jasa dan perjuangan mereka.
“Jadi hari ini memang tadi seperti yang sudah disampaikan bahwa kita melihat jasa-jasa dari para tokoh-tokoh. Terutama juga para pendahulu-pendahulu kita. Marilah sekali lagi kita belajar untuk melihat yang baik, melihat jasa-jasanya,” kata Syaifullah Yusuf.
Syaifullah pun mengajak seluruh masyarakat meneladani nilai-nilai perjuangan para pahlawan dan memandang sejarah bangsa secara bijak.
“Bahwa masing-masing memiliki kekurangan sudah pasti. Tapi mari kita bersama-sama melihat ke depan ya. Semua generasi punya masa. Semua masa ada orangnya, ada prestasi, ada kelebihan, ada kekurangan. Marilah kita belajar untuk melihat jasa dari para pendahulu-pendahulu kita,” Mensos Syaifullah memungkasi. (DTT/Ans)



Respon (1)