Datateks.id, Banjarnegara — Setelah 10 hari upaya pencarian dan pertolongan (Search and Rescue/SAR) dilakukan tanpa henti, operasi SAR terhadap korban longsor di Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, resmi dihentikan pada Selasa, 25 November 2025. Keputusan ini diambil melalui evaluasi menyeluruh yang melibatkan seluruh unsur terkait. Serta, menjadi pilihan yang sangat berat bagi semua pihak, khususnya keluarga korban yang masih menanti kabar orang-orang yang mereka cintai.
Badan Nasioanl Penanggulangan Bencana atau BNPB bersama Basarnas dan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara memahami penutupan operasi SAR bukan hanya persoalan teknis. Namun juga menyentuh sisi emosional bagi masyarakat terdampak.
“Kondisi di lapangan seperti tanah yang masih bergerak, cuaca tidak menentu, serta kedalaman dan luas timbunan material menimbulkan risiko keselamatan yang tinggi bagi petugas maupun masyarakat. Pertimbangan ini menjadi dasar bahwa operasi SAR tidak dapat dilanjutkan tanpa mengorbankan keselamatan lebih banyak pihak,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, dalam keterangan tertulis yang datateks sitat pada Rabu (26/11/2025).
Baca Juga: Longsor Terjang Banjarnegara, BNPB Sebut 27 Warga Diduga Masih Tertimbun
Abdul Muhari menjelaskan, selama 10 pencarian, petugas menghadapi tantangan yang kompleks. Jenazah yang tertimbun dalam kondisi material basah dan minim sirkulasi udara mengalami kerusakan alami, sehingga memperberat proses identifikasi dan meningkatkan risiko kesehatan bagi petugas.
Kendati demikian, seluruh personel BNPB, Basarnas, TNI-Polri, PMI, Tagana, BPBD lintas daerah, pemerintah daerah, relawan, dan dukungan alat berat telah bekerja maksimal dengan standar keselamatan yang ketat. Termasuk, melibatkan operasi modifikasi cuaca.

17 Korban Meninggal Dunia, 11 Warga Tidak Ditemukan
Pada hari terakhir operasi, tim gabungan berhasil menemukan 5 jenazah tambahan yang kemudia dibawa ke RSUD Banjarnegara untuk proses identifikasi. Dengan temuan ini, total korban meninggal dunia menjadi 17 orang, termasuk 2 potongan tubuh manusia. Sekalipun seluruh metode pencarian telah diterapkan, sebanyak 11 korban lainnya tidak berhasil ditemukan.
Sebagian besar keluarga dan kerabat korban hadir dalam prosesi penutupan operasi SAR, yang dilanjutkan dengan doa bersama dan tabur bunga di lokasi longsor. Dalam suasana yang penuh haru, mereka menunjukkan ketabahan luar biasa menerima hasil akhir operasi yang secara teknis sudah tidak memungkinkan diperpanjang.
Selain korban jiwa, bencana ini juga mengakibatkan empat warga luka-luka, 1.019 jiwa dari 343 KK mengungsi di lima lokasi pengungsian dan rumah warga. Kerugian material mencakup 206 rumah roboh, termasuk dua unit masjid, satu musala, jalur antar desa sepanjang 800 meter tertutup material, saluran irigasi 670 meter terdampak, persawahan warga, lima ekor sapi dan 125 kambing, tiga warung sembako, 11 warung lainnya, serta 24 kolam ikan.
Meskipun operasi SAR telah ditutup, dukungan terhadap masyarakat terdampak tetap menjadi prioritas. BNPB menegaskan bahwa pendampingan psikososial, pemenuhan hak keluarga korban, serta bantuan administratif bagi keluarga korban yang belum ditemukan akan terus diberikan. Layanan informasi dan dukungan dapat diakses melalui posko terpadu di Kecamatan Pandanarum.
Pemulihan dan Relokasi
Tahapan pemulihan wilayah terdampak kini menjadi fokus utama BNPB bersama Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dan instansi terkait lainnya. Langkah awal meliputi relokasi warga dari zona merah yang dinyatakan tidak aman untuk hunian, serta perataan rumah yang berada di wilayah rawan untuk mencegah risiko tambahan. Sebelum proses ini dilakukan, warga diberikan kesempatan untuk mengambil barang-barang penting mereka dengan pendampingan petugas.

Dalam waktu dekat, BNPB akan merampungkan penyediaan 50 hunian sementara (huntara) tahap awal. Kemudian dilanjutkan pembangunan hunian tetap (huntap) dalam perencanaan jangka menengah. Targetnya, seluruh unit huntara rampung sebelum akhir Desember 2025. Penyaluran santunan bagi keluarga korban sesuai ketentuan pemerintah juga akan segera dilaksanakan oleh Dinas Sosial.
Bukan hanya itu. BNPB mendukung pemulihan layanan publik, termasuk kegiatan belajar-mengajar dan aktivitas ekonomi masyarakat, serta pendampingan psikososial berkelanjutan. Terutama bagi keluarga yang kehilangan anggota keluarga dan warga yang mengalami trauma.
“Secara paralel, pemetaan risiko dan penataan kawasan terus dilakukan, dengan penguatan mitigasi berbasis ekologi sebagai langkah jangka panjang untuk mencegah terulangnya bencana serupa,” Abdul Muhari memungkasi. (DTT/Ans)












