Datateks.id – Lebaran unik di Kalimantan selalu menjadi momen istimewa bagi masyarakat setempat.
Banyak tradisi-tradisi khas yang memperkaya perayaan Idul Fitri.
Selain sebagai ajang silaturahmi dan perayaan hari kemenangan, masyarakat di berbagai daerah Kalimantan memiliki cara unik untuk menyemarakkan Lebaran.
Mulai dari dentuman meriam karbit yang menggema di Pontianak, sahur keliling dengan musik tradisional di Banjarmasin, hingga berbagi makanan sebagai simbol toleransi di tengah keberagaman suku dan agama.
Tradisi-tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari perayaan Idul Fitri, tetapi juga menjadi warisan budaya yang terus turun dari generasi ke generasi.
Meriam Karbit: Dentuman Khas Lebaran di Pontianak

Salah satu tradisi paling terkenal di Kalimantan Barat, khususnya di Pontianak, adalah Meriam Karbit.
Masyarakat menyalakan meriam besar yang terbuat dari kayu atau besi dengan menggunakan karbit sebagai bahan bakarnya.
Bunyi dentuman meriam karbit yang menggelegar menjadi simbol sukacita menyambut hari raya.
Tradisi ini sudah berlangsung sejak zaman Kesultanan Pontianak dan kini menjadi bagian dari budaya lokal yang lestari.
Bahkan, setiap tahun pemerintah setempat mengadakan Festival Meriam Karbit untuk berbagai kelompok masyarakat.
Ngejot: Berbagi Hidangan Lebaran ala Suku Dayak

Suku Dayak di Kalimantan memiliki tradisi unik bernama Ngejot.
Dalam tradisi ini, masyarakat yang merayakan Lebaran akan berbagi makanan dengan tetangga yang berbeda agama sebagai bentuk kebersamaan dan toleransi.
Masyarakat biasanya akan memberikan kue-kue khas Lebaran, seperti kue lapis, wajik, atau lemang, kepada warga sekitar.
Tradisi ini menjadi simbol kuatnya persaudaraan dan kerukunan antarumat beragama di Kalimantan.
Saprah Amal: Makan Bersama di Masjid

Di beberapa daerah di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, masyarakat mengadakan Saprah Amal, yaitu tradisi makan bersama di masjid setelah shalat Idul Fitri.
Masyarakat akan membawa makanan dari rumah masing-masing untuk kemudian disantap bersama di halaman masjid atau balai desa.
Tradisi ini bertujuan untuk mempererat hubungan sosial dan memperkuat rasa kebersamaan setelah menjalani ibadah puasa sebulan penuh.
Menu yang disajikan pun beragam, mulai dari ketupat, opor ayam, hingga hidangan khas Kalimantan seperti Soto Banjar atau Nasi Kuning Samarinda.
Respon (1)