Datateks.id – Wisuda Angkatan IX UIN Bukittinggi tahun 2025 bukan sekadar seremoni kelulusan.
Di balik toga dan ijazah yang diserahkan kepada 627 lulusan, kampus ini menegaskan langkah strategisnya, mengejar posisi sebagai universitas Islam bertaraf internasional.
Dalam pidatonya, Rektor UIN Bukittinggi Prof. Dr. Silfia Hanani, M.Ag menyampaikan kampus kini tidak lagi sekadar mencetak lulusan.
UIN Bukittinggi tengah menata fondasi untuk melahirkan generasi pemimpin yang mampu menjawab tantangan lokal dan global secara bersamaan.
“Kami berhasrat menjadikan kampus ini sebagai pusat keilmuan Islam yang moderat, sekaligus kampus riset yang produktif dan berdampak,” ujarnya di hadapan ribuan peserta wisuda dan tamu undangan.
Langkah menuju visi tersebut telah terbukti melalui sejumlah program nyata.
UIN Bukittinggi saat ini mengelola 27 jurnal ilmiah, beberapa di antaranya sudah terindeks SINTA 2 hingga 4.
Selain itu, kampus dari jantung Sumatera Barat ini mendorong tradisi menulis lewat ratusan buku hasil pengabdian masyarakat, termasuk program KKN.
Kolaborasi internasional juga terus meluas melalui publikasi bersama, riset lintas negara, pengiriman dosen sebagai visiting lecturer, hingga pengabdian masyarakat di luar negeri.
Internasionalisasi juga diperkuat oleh kualitas sumber daya akademik.
Tahun ini, UIN Bukittinggi menambah tiga guru besar baru.
Mereka adalah Prof. Iiz Muddin, Prof. Noviardi, dan Prof. Nofi Hendri.
Dengan penambahan tiga guru besar baru itu, UIN Bukittinggi kini memiliki 12 profesor, 204 dosen PNS, dan 77 tenaga kependidikan.
“Mereka bukan sekadar pengajar. Para guru besar ini adalah penjaga bara ilmu dan penggerak peradaban,” tegas Silfia Hanani.
Kehadiran para guru besar itu bukan hanya memenuhi syarat institusional.
Mereka menjadi ruh utama dalam membangun reputasi akademik UIN Bukittinggi sebagai kampus Islam berkelas dunia.
Reputasi yang Terus Melejit
Di tengah transformasi digital yang begitu cepat, kampus juga menempatkan nilai-nilai moral sebagai penyeimbang.
Silfia Hanani mengingatkan kecanggihan digital tidak boleh menghapus adab. Kecerdasan buatan tidak akan menggantikan akhlak.
Oleh karena itu, UIN Bukittinggi ingin membangun reputasi bukan hanya melalui teknologi, tetapi juga lewat keteladanan ilmiah dan etika.
UIN Bukittinggi akan menjadi tempat tumbuhnya peradaban yang meletakkan ilmu dan tatakrama di garis depan.
Di hadapan para wisudawan, Silfia Hanani juga memberi pesan reflektif.
Ijazah yang diperoleh, katanya, bukanlah garis akhir, melainkan awal dari tanggung jawab sosial yang lebih besar.
“Andaikan syarat menjadi presiden cukup dengan gelar S1, maka semua yang diwisuda hari ini sudah bisa memimpin negeri,” ucapnya sembari menegaskan bahwa ilmu harus terus dilanjutkan, bukan berhenti pada satu titik gelar semata.
Baca Juga: Lion Air Tempatkan Pramugari asal Sumbar di Tiap Kloter Haji Embarkasi Padang
Ia juga mengutip Ali bin Thalib sebagai peneguhan makna.
“Orang yang berilmu adalah hidup meski jasadnya mati. Orang bodoh adalah mati meski jasadnya hidup.”
Kutipan tersebut menjadi pengingat bahwa keberlanjutan intelektual adalah napas panjang dari perjuangan akademik.
Lebih jauh, Silfia menyentuh realitas sosial budaya yang kini tengah menggeliat di Sumatera Barat.
Ia menilai ada kegelisahan yang tidak boleh dibiarkan tumbuh, degradasi moral dan minimnya tokoh Minang yang mampu tampil di panggung nasional dan internasional.
“Kami ingin membangkik batang tarandam. Kami ingin menjadi wadah tumbuhnya kembali kepemimpinan Minangkabau yang terbuka, religius, dan mendunia,” katanya.
Sejak meraih akreditasi “Unggul” dari BAN-PT pada 2024, UIN Bukittinggi terus mempercepat transformasinya.
Tidak hanya memperkuat akademik, tetapi juga mendorong institusi untuk menjadi pusat kajian keislaman yang adaptif terhadap zaman, dan mampu bersaing di tengah kompleksitas dunia global.
“Kampus ini tidak boleh tertinggal oleh teknologi. Justru ia harus menjadi yang paling cepat beradaptasi, dengan tetap berpijak pada nilai,” ujarnya.
Dengan semangat itu, UIN Bukittinggi menata langkah untuk tidak hanya dikenal di dalam negeri, tetapi menjadi cahaya ilmu yang menyinari dunia.
UIN Bukittinggi bakal membuka ruang perjumpaan antara keilmuan tinggi, kemajuan teknologi, dan nilai-nilai Islam yang inklusif.
Silfia menutup pidatonya dengan ajakan kuat, membangun peradaban berbasis ilmu dan memperkuat posisi UIN Bukittinggi sebagai pelita keilmuan dari jantung Sumatera Barat untuk dunia.