SAINTEKSumatera

UIN Bukittinggi Kunci Masa Depan Lewat 8 Jurnal Ilmiah Baru

×

UIN Bukittinggi Kunci Masa Depan Lewat 8 Jurnal Ilmiah Baru

Sebarkan artikel ini
Rektor UIN Bukittinggi Silfia Hanani saat melaunching delapan jurnal ilmiah baru.
Rektor UIN Bukittinggi Silfia Hanani saat melaunching delapan jurnal ilmiah baru.

Datateks.id — UIN Bukittinggi membuat pergerakan baru dalam membangun ekosistem ilmiah.

Pergerakan itu bagai operasi sunyi, pelan tapi pasti mengubah wajah akademik perguruan tinggi Islam.

Senjata utamanya adalah jurnal ilmiah.

Bukan satu atau dua, UIN Bukittinggi melahirkan delapan jurnal baru sekaligus pada 2025.

Upaya ini bertujuan untuk menjadikan setiap program studi sebagai arena produksi pengetahuan yang otentik dan komprehensif.

“Ini bukan proyek seremonial. Delapan jurnal baru adalah mesin peradaban akademik. Kami tidak sedang bikin pajangan. Kami sedang membangun otoritas ilmiah dari nol,” kata Rektor UIN Bukittinggi Silfia Hanani.

Kedelapan jurnal ilmiah itu adalah:

  • Tahfizi, bicara hukum tata negara dan politik Islam.
  • Uncang, menawarkan diskursus tajam soal syariah banking
  • Musafir, menggarap niche yang nyaris tak disentuh, pariwisata religi.

Kemudian ada Empowerment Counseling, BALQIS, JILAW, MISSR, hingga Jawahir Al-Ahadis

Semuanya tampil bukan untuk pelengkap laporan borang, melainkan perpanjangan nadi inntelektual prodi.

Melalui kedelapan jurnal baru itu, UIN Bukittinggi ingin bicara di forum nasional dan global dengan suara sendiri.

Langkah ini bukan tanpa landasan.

Sebab, ada 19 jurnal aktif dengan 11 di antaranya terakreditasi SINTA.

Sebanyak tiga jurnal sudah menyabet SINTA 2, level tertinggi kedua di Indonesia.

  • Islam Realitas,
  • Humanisma,
  • Islam Transformatif.

Sementara jurnal lain seperti Journal Educative, Lattice, Modality, hingga Ekonomi Syariah siap menembus level lebih tinggi.

Baca Juga: Padang Punya Mal Terbesar di Sumatera, Basko City Mall ‘Soft Launching’ 29 Mei 2025

“Target kami bukan sekadar akreditasi, tapi bagaimana karya ilmiah dari Bukittinggi ini dibaca dan dirujuk di Kairo, Istanbul, hingga London,” ujar Silfia Hanani.

Semua orkestrasi ini bermula dari satu ruangan kecil yang mereka sebut Rumah Jurnal.

Di sinilah mesin intelektual UIN Bukittinggi bekerja.

Penyempurnaan sistem OJS, pelatihan editor, memantik penulis mudah, dan memoles metadata secara presisi.

“Yang kami kejar bukan hanya jurnal terbit. Tapi jurnal yang bernyawa, punya pembaca, dan punya dampak,” tambah Silfia Hanani.

Tak heran jika tim ini dalam operasi sunyi menargetikan tiga jurnal internasional terindeks DOAJ pada 2026.

Silfia Hanani menegaskan, kampus yang tak punya jurnal hidup, perlahan akan jadi museum ilmu.

UIN Bukittinggi tak mau sekadar bertahan. UIN Bukittinggi harus memimpin.

Di tengah gempuran AI, politik pengetahuan global, dan erosi otoritas ilmuwan, delapan jurnal baru adalah pernyataan sikap.

“Dari kota kecil di Sumatera Barat, ilmu masih bisa lahir dengan martabat dan keberanian,” tegasnya.

Silfia Hanani menyadari jalan ini panjang dan tidak mudah.

Baginya, publikasi ilmiah bukan lagi urusan dosen semata. Ini adalah soal eksistensi kampus.

“Kalau tidak menulis, maka akan terlupakan. Kampus yang terlupakan, pelan-pelan akan mati,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *