Datateks.id – Ada yang berbeda dengan suasana Bandara Internasional Minang (BIM), persisnya sejak masa mudik Lebaran 2025. Kini, di Bandara Minangkabau, terasa sekali ke-minangkabau-annya, yang ditunjukkan dengan sejumlah hal. Hal ini tentu saja membuat bangga urang awak (sebutan lain orang Minangkabau.
Pihak Angkasa Pura II sebagai pengelola BIM telah telah resmi menggunakan Bahasa Minang atau Minangkabau untuk pengumuman keberangkatan dan kedatangan penerbangan serta penyampaian informasi penting lainnya.
Inisiatif sebagai bagian dari program pelestarian budaya Minangkabau ini merupakan usulan dari Wakil Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Vasko Ruseimy, yang bertekad menjadikan gerbang utama provinsi tersebut sebagai etalase kekayaan budaya lokal.
“Saya ingin memastikan BIM sebagai pintu gerbangnya Sumbar ikut melestarikan budaya Minangkabau,” ungkap Vasko Ruseimy belum lama ini.
Pengumuman dalam Bahasa Minang, kata dia, diperdengarkan berdampingan dengan Bahasa Indonesia dan Inggris, memberikan nuansa kental budaya lokal bagi para penumpang. Tidak hanya sebatas penggunaan bahasa daerah, inisiatif pelestarian budaya ini juga mencakup aspek visual dan auditori lainnya.
Vasko menjelaskan bahwa petugas Bandara Minangkabay sekarang juga mengenakan atribut khas Minangkabau seperti baju adat dan deta (penutup kepala tradisional). Suasana BIM pun semakin mencerminkan kearifan lokal dengan pemutaran musik tradisional Minangkabau di area-area publik.
“Semoga ini bisa menjadi obat rindu bagi para perantau Minangkabau dan juga sebagai mercusuar bahwa Sumbar terus menjaga pelestarian adat Minangkabau,” kata Vasko.
Pada kesempatan peresmian, Vasko langsung menyimak langsung pengumuman informasi penerbangan dalam Bahasa Minang. Ia juga menegaskan kepada pihak pengelola BIM agar penerapan elemen budaya Minangkabau tidak bersifat sementara.
Program ini untuk tahap awal memang baru uji coba khusus pada masa arus mudik. Namun, Vasko menegaskan, setelah ini BIM mesti menerapkan secara konsisten.
“Saya meminta untuk dilakukan seterusnya, bukan hanya pada saat momen Idul Fitri saja,” tegas Vasko menekankan pentingnya konsistensi dalam upaya pelestarian budaya.
Ia menilai, penggunaan Bahasa Minang di ruang publik sekelas bandara internasional sebagai langkah nyata dalam menjaga eksistensi bahasa daerah di tengah arus globalisasi.
“Para pengunjung bandara kini dapat merasakan pengalaman budaya Minangkabau sejak pertama kali menginjakkan kaki di BIM. Nuansa keminangkabauan yang kental diharapkan dapat memberikan kesan mendalam bagi wisatawan, sekaligus menumbuhkan rasa bangga bagi masyarakat lokal terhadap identitas budaya mereka,” terangnya.
Penggunaan bahasa dan elemen budaya Minangkabau di BIM, lanjut dia, merupakan bagian dari komitmen pemerintah daerah dalam melestarikan warisan budaya. Langkah ini sejalan dengan upaya memperkuat identitas daerah sekaligus mempromosikan kekayaan budaya Minangkabau kepada para pendatang dan wisatawan.
Baca juga: Bahasa Minang akan Digunakan untuk Pengumuman Resmi di Bandara Minangkabau
“Keberhasilan implementasi program ini juga menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengintegrasikan nilai-nilai tradisional ke dalam infrastruktur modern, menciptakan keseimbangan antara kemajuan dan pelestarian budaya,” pungkasnya.
[Redaksi Datateks.id]