HEADLINESAINTEKSumatera

Apakah Motor Listrik Bisa Dipakai di Jalur Sumatera Barat?

×

Apakah Motor Listrik Bisa Dipakai di Jalur Sumatera Barat?

Sebarkan artikel ini
Motor Listrik
Motor Listrik

Datateks.id- Motor listrik menghadapi tantangan berat di jalur Sumatera Barat yang penuh tanjakan, kelokan tajam, dan kemacetan.

Dari Sitinjau Lauik hingga Alahan Panjang, Sumatera Barat bukan tempat yang ramah bagi kendaraan bertorsi rendah.

Jalan yang mendaki, berliku, dan sering macet menjadi ujian berat bagi motor listrik yang selama ini identik dengan jalur datar dan kota besar.

Tapi apakah itu berarti motor listrik tak punya masa depan di tanah Minangkabau?

Motor listrik memang menjanjikan banyak hal: bebas emisi, biaya operasional murah, dan suara yang sunyi.

Tapi, Sumatera Barat bukan kota besar dengan jalan datar dan kemacetan yang bisa ditebak.

Ini adalah provinsi yang didefinisikan oleh elevasi.

Padang ke Bukittinggi, misalnya. Jalan sepanjang ±95 kilometer ini naik dari 0 hingga 900 meter di atas permukaan laut.

Atau rute Solok menuju Alahan Panjang yang mendaki hingga 1.400 mdpl dalam waktu kurang dari satu jam.

Jika baterai tidak disiapkan untuk medan seperti ini, motor listrik bisa kehabisan daya sebelum mencapai puncak tanjakan.

Efisiensi baterai sangat bergantung pada manajemen energi yang cermat, terutama ketika menghadapi kombinasi tanjakan panjang dan suhu rendah di dataran tinggi.

Banyak pengguna pemula belum mempertimbangkan dampak dari topografi ekstrem terhadap durasi dan jangkauan perjalanan.

Torsi, Bukan Kecepatan

Motor bensin bisa mengandalkan gigi rendah saat mendaki.

Tapi motor listrik bertarung dengan torsi.

Itulah mengapa kemampuan torsi, yaitu seberapa kuat motor bisa mendorong kendaraan saat tanjakan, lebih penting daripada sekadar kecepatan maksimal saat berkendara di wilayah pegunungan.

Motor seperti Alva One, yang punya torsi maksimal 46,5 Nm dan daya 4,7 kW, cukup ideal untuk menghadapi jalur menanjak.

Baca Juga: Nagari Creative Hub Resmi Masuk RPJMD Sumbar 2025-2029

Sementara Gesits bisa mengimbangi medan menengah jika menggunakan dua baterai (total kapasitas 2,88 kWh).

Namun, kemampuan motor listrik ini tetap terbatas oleh durasi performa saat melaju terus-menerus di medan berat.

Jiika penggunaannya setiap hari di rute ekstrim seperti Sitinjau Lauik, maka dalam jangka panjang (1-2 tahun) kemampuan baterai bisa menurun lebih cepat daripada di jalan datar.

Penyebabnya adalah beban kerja tinggi yang mempercepat siklus pengisian dan pemakaian energgi, serta tingginya suhu kerja motor dan baterai.

Jika torsi hanya berada di kisaran 20 Nm, seperti yang dimiliki beberapa motor listrik kelas pemula, maka kendaraan akan kesulitan mempertahankan kecepatan saat menanjak panjang seperti di Alahan Panjang atau Sitinjau Lauik.

Simulasi Energi: Dari Pantai ke Puncak

Datateks mencoba mensimulasikan konsumsi daya untuk beberapa rute khas Sumatera Barat berdasarkan asumsi motor listrik dengan daya 4,7 kW dan baterai 2,7 kWh, serta mempertimbangkan elevasi, rolling resistance, dan efisiensi motor listrik berdasarkan metode NREL.

Rute Panjang Elevasi Estimasi Konsumsi Energi Sisa Daya Estimasi Daya Tahan di Jalur Berat (Pemakaian Harian)
Padang – Bukittinggi ±95 km +900 mdpl ±2,5 kWh Nyaris habis (butuh charging di Bukittinggi) ±8-12 bulan (dengan penurunan kapasitas ±15%)
Solok – Alahan Panjang ±60 km +1.400 mdpl ±2,7 kWh Habis total (hanya bisa satu arah) ±6-10 bulan (dengan penurunan kapasitas hingga 20%)
Padang – Painan ±77 km Rolling ±1,8 kWh Aman, pulang pergi bisa jika efisien ±14-18 bulan (penurunan ringan, ±10%)
Bukittinggi – Payakumbuh ±50 km Fluktuatif ±1,6 kWh Aman pulang-pergi ±16-20 bulan (penurunan ringan, ±8%)

Tanjakan panjang menguras daya lebih cepat daripada jalur datar.

Dan meskipun regenerative braking dapat sedikit membantu saat turunan, pengisian ulang baterai masih jadi titik lemah karena belum banyak stasiun pengisian di luar kota besar.

Lebih dari itu, banyak jalur tanjakan populer di Sumbar seperti Sitinjau Lauik, Silaiang, dan Kelok 44 juga kerap mengalami kemacetan parah.

Kondisi ini memperburuk efisiensi daya karena motor listrik tetap mengonsumsi energi saat berhenti dan berjalan perlahan.

Ditambah lagi, ketiga jalur ini minim fasilitas, melintasi kawasan hutan atau dataran tinggi dengan jarang ditemukan tempat istirahat atau stasiun pengisian ulang daya.

Kelayakan Motor Listrik

Untuk menilai kelayakan motor listrik di Sumbar, berikut adalah perbandingan 10 motor listrik yang saat ini beredar di Indonesia:

Motor Daya Motor Kapasitas Baterai Jarak Tempuh Kecepatan Maksimal Harga
ECGO 2 Lithium-ion (4-6 jam pengisian) 80 km 60 km/jam Rp6,9 juta
BF Goodrich CG 2000 W 72V20AH (Asam Timbal) 60 km 58 km/jam Rp19,8 juta
Polytron Fox-R 3000 W 3,7 kWh 130 km 90 km/jam Rp20,5 juta
Yadea T9 2000 W Graphene 72V 38Ah 100 km 60 km/jam Rp21,5 juta
Charged Rimau 4000 W 60V45Ah (2 baterai) 200 km 35 km/jam Rp26,88 juta
Gesits Electric 5000 W 72V20Ah (1-2 baterai) 50-100 km Rp28,7 juta
Selis E-Max 1500 W 60V20Ah (SLA) 40 km 50 km/jam Rp15,5-28 juta
Honda EM1 E 1700 W 50,26V 26,1Ah Rp40-40,5 juta
Volta 401 1500 W 64V21Ah x2 120 km 60 km/jam Rp16,95 juta
Alva One 4700 W 60V45Ah (2,7 kWh) Rp34,99 juta

Dari data di atas, motor seperti Polytron Fox-R, Alva One, dan Gesits dengan dua baterai memiliki kapasitas dan daya yang lebih cocok untuk rute-rute menanjak di Sumbar.

Sedangkan motor seperti Selis E-Max atau ECGO 2 lebih cocok untuk mobilitas jarak pendek dan dalam kota.

Infrastruktur Masih Jadi PR

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sebenarnya mendukung transisi kendaraan listrik.

Namun, infrastruktur pengisian daya masih sangat terbatas.

Di luar Padang dan Bukittinggi, tak banyak titik pengisian cepat yang tersedia.

Ini membuat penggunaan motor listrik masih harus direncanakan dengan sangat matang, apalagi untuk rute antarkota.

Titik pengisian harus dibangun di lokasi-lokasi strategis: Sitinjau Lauik, Ombilin, Panti, hingga Alahan Panjang.

Motor listrik bukan tak bisa menanjak. Ia bisa, bahkan dengan kekuatan penuh.

Tapi di Sumatera Barat, soal kuat saja tak cukup.

Harus ada strategi: torsi yang mumpuni, baterai berkapasitas besar, dan infrastruktur pengisian yang memadai.

Tanpa itu semua, kendaraan listrik hanya akan menjadi pajangan elegan yang tak pernah sampai ke puncak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *